Komunikasi Antarbudaya : Kompetensi Komunikasai Antarbudaya


Ilmu Komunikasi, Universitas Bengkulu

 
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Mengembangkan kemampuan berkomunikasi sangatlah penting, karena dalam dua dasawarsah belakangan perkembangan teknologi begitu hebatnya. Sehingga telah memberi dampak yang menyentuh seluruh aspek kehidupan manusia. Salah satu hal yang berkembang sangat pesat dan menjadi pemicu dari perkembangan yang ada adalah komunikasi. Karena itu, tidak aneh kalau akhir-akhir ini banyak orang yang tertarik untuk mempelajari dan mengembangkan kemampuan (kompetensi) berkomunikasi. Kemampuan berkomunikasi memang merupakan suatu hal yang sangat fundamental bagi kehidupan manusia, Dengan mampu berkomuniksi dengan baik kita bisa membentuk saling pengertian, menumbuhkan persahabatan, memelihara kasih sayang mengembangkan karier, Sebaliknya dengan kemampuan berkomunikasi yang buruk, kita juga memupuk perpecahan, menanamkan kebencian dan menghambat kemajuan. Kualitas hidup, hubungan kita dengan orang lain, bahkan peluang dan usaha serta karier dapat ditingkatkan dengan dengan cara memperbaiki cara-cara dan kemampuan berkomunikasi terutama jika berhadapan dengan manusia yang berbeda budaya.
Konsep kompetensi komunikasi digunakan sebagai alat untuk mengukur kualitas komunikasi seseorang atau sekelompok orang. "Keberhasilan" (effectiveness) dan kelayakan (appropriateness) adalah dimensi yang digunakan untuk menilai kompetensi komunikasi. Jadi, kompetensi komunikasi antarbudaya melihat keberhasilan dan kelayakan komunikasi dan interaksi antara orang-orang dari budaya yang berbeda. Keberadaan seseorang pada budaya yang berbeda menuntut dirinya untuk beradaptasi, dan yang mendasari proses adaptasi yang dialaminya adalah proses komunikasi. Melalui komunikasi yang berhasil dan layak, seseorang dapat meningkatkan kontrol terhadap perilakunya dan lingkungannya. Tiga buah dimensi, yaitu the affective process, the cognitive process dan the behavioral process, digunakan untuk "mengukur" kompetensi komunikasi antarbudaya sekaligus digunakan untuk menganalisisnya.

B.     Rumusan Masalah

1.      Apa pengertian kompetensi komunikasi antarbudaya?
2.      Apa saja komponen-komponen (unsur-unsur) dalam kompetensi komunikasi antarbudaya?
3.      Apa saja pendekatan-pendekatan kompetensi komunikasi antarbudaya?

C.    Tujuan
Memberikan sumbangsi pengetahuan mengenai kompetensi komunikasi antarbudaya, unsur-unsur  kompetensi yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berinteraksi secara efektif dan pantas dalam budaya yang lain, serta macam-macam pendekatan yang bisa digunakan dalam mengembangkan komunikasi antarbudaya.
D.    Manfaat
Melalui makalah ini, diharapkan bisa menjadi sumber referensi tambahan bagi pembaca dalam memahami dan mengembangkan kompetensi komunikasi antarbudaya.


BAB II PEMBAHASAN
A.    Pengertian Kompetensi
Sering kali kita mendengar kata kompetensi. Apa sebenarnya makna kompetensi itu?. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kompetensi adalah kewenangan (kekuasaan) untuk menentukan atau memutuskan sesuatu hal. Kompetensi dalam Bahasa Inggris adalah competency atau competence merupakan kata benda, Menurut William D. Powell dalam aplikasi linguist Version 1.0 (1997) diartikan : 1). Kecakapan, kemampuan, kompetensi ; 2). Wewenang. Kata sifat dari competence adalah competent yang berarti cakap, mampu dan tangkas.
Kata competence adalah state of being capable, atau dapat diar­tikan sebagai suatu keadaan yang menunjukkan kapabilitas atau kemampuan seseorang (Webster’s, 1997) sehingga ia dapat ber­fungsi dalam cara-cara yang mendesak dan penting. Misalnya kompetensi komunikator adalah sebuah kompetensi yang dimiliki oleh seorang komunikator atau kemampuan tertentu, kemampuan yang cukup dari seorang komunikator dalam menghindari perangkap atau hambatan komunikasi.
Dari definisi diatas, kompetensi dapat digambarkan sebagai kemampuan untuk melaksanakan tugas dan peran, kemampuan mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan-keterampilan, sikap-sikap dan nilai-nilai pribadi dan kemampuan untuk membangun pengetahuan dan keterampilan yang didasarkan apada pengalaman dan pembelajaran yang dilakukan.

B.     Pengertian Kompetensi Antarbudaya
Kompetensi komunikasi antarbudaya melihat keberhasilan dan kelayakan komunikasi dan interaksi antara orang-orang dari budaya yang berbeda yang mengidentifikasikan lingkungan simbolik dan fisik tertentu (Mulyana, 2005; Deardorff, D. K., 2006).
Spitzberg : Kompetensi komunikasi antar budaya adalah “perilaku yang pantas dan efektif dalam suatu konteks tertentu”. Selain itu, Kim menyebutkan komunikasi antarbudaya yang kompeten yaitu apabila masing-masing peserta komunikasi mampu mengelola dengan baik seluruh faktor penghambat komunikasi antarbudaya dengan menggunakan kecakapan yang dimiliki (Samovar dan Porter, 2000: 277).
Jadi, kompetensi komunikasi antarbudaya adalah  kompetensi yang dimiliki oleh seseorang (baik secara pribadi, berkelompok, organisasi, atau dalam etnik dan ras) untuk meningkatkan kapasitas, keterampilan, pengetahuan yang berkaitan dengan kebutuhan utama dari orang-orang lain yang berbeda kebudayaannya. Kompetensi antarbudaya meru­pakan suatu perilaku yang kongruen, sikap, struktur, juga kebi­jakan yang datang bersamaan atau menghasilkan kerja sama dalam situasi antarbudaya.

Setiap kompetensi lintas budaya dari seorang individu tergantung pada institusi sosial, organisasi kelompok kerja, dan tempat individu berada (secara fisik maupun sosial). Semua faktor itu membentuk sebuah sistem yang mempengaruhi kompetensi antarbudaya individu yang efektif. Jadi secara makro dapat dikatakan bahwa kompetensi antarbudaya merupakan tanggung jawab atas total sistem sebuah kebudayaan. Kompetensi antarbudaya berkaitan dengan suatu keadaan dan kesiapan individu sehingga kapasitasnya dapat berfungsi efektif dalam situasi perbedaan budaya.
·         Ada beberapa faktor yang mendorong kita mempelajari kompetensi antarbudaya, yaitu:
(1)   Adanya perbedaan nilai antarbudaya,
(2)   Tata aturan budaya cenderung mengatur dirinya sendiri,
(3)   Kesadaran untuk mengelola dinamika perbedaan,
(4)   Pengetahuan kebudayaan yang sudah institusionalisasi, dan
(5)   Mengadaptasikan kekuatan semangat layanan dalam kera­gaman budaya demi melayani orang lain.

·         Kompetensi antarbudaya itu tergantung pada beberapa konteks, Gudykunst (1991, hlm. 102). Kon­teks tersebut itu yaitu :
(1)   Konteks verbal, misalnya berkaitan dengan pembentukan kata-kata, kahmat, dalam sebuah pernyata­an dan topik.
(2)   Konteks relasi, yang menggambarkan penyu­sunan, tipe, dan gaga pesan dalam berkomunikasi dengan orang lain.
(3)   Konteks hngkungan fisik maupun sosial suatu masyarakat yang menggambarkan bentuk penerimaan dan penolakan tanda, simbol, ataupun pesan dalam komunikasi.

C.    Komponen-komponen dalam Komunikasi Antarbudaya
Martin dan Nakayama (2007) menjabarkan kompetensi komunikasi antarbudaya menjadi 2 komponen, yaitu komponen individual dan komponen kontekstual.
Komponen individual terdiri dari:
1.      Motivasi, yaitu keinginan untuk berkomitmen dalam hubungan, keinginan untuk belajar tentang diri pribadi dan orang lain dan berusaha untuk fleksibel. Motivasi adalah dimensi terpenting dalam komponen individual.
2.      Pengetahuan dan pengetahuan tentang diri sendiri, yaitu mengenal kelebihan dan kekurangan diri sebagai komunikator.
3.      Pengetahuan bahasa, yaitu pengetahuan tentang bahasa ibu, bahasa asing dan tahu  kesulitan-kesulitannya.
4.      Sikap, termasuk toleran terhadap makna ambigu, empati dan tidak berprasangka buruk.
5.      Perilaku dan keterampilan.
Komponen kontekstual terdiri dari:
1)      Pemahaman atas konteks dan setting dimana komunikasi berlangsung. Seorang komunikator yang baik harus sensitif pada kondisi dan latar budaya sekelilingnya.
2)      Mengetahui posisi kita sebagai komunikator di dalam suatu percakapan / pertemuan / situasi.
Sedangkan, Brian Spitzberg dan William Cupach (1984) menampilkan tiga komponen kompetensi komunikasi yang lebih ringkas yaitu motivasi, pengetahuan, dan keterampilan.
a.       Motivasi
Motivasi adalah daya tarik dari komunikator yang mendorong seseorang untuk berkomunikasi dengan orang lain. Motivasi itu dapat berupa kebutuhan seseorang terhadap suatu informasi. Namun karena kebutuhan setiap individu berbeda-beda, jadi setiap individu memiliki kombinasi kebutuhan dan hal itu menentukan kekuatan motivasi seseeorang untuk berkomunikasi dengan orang lain. Turner menegaskan beberapa kebutuhan dasar yang men­dorong motivasi, di antaranya:
  1. Kebutuhan manusia akan perasaan aman (saya terdorong berkomunikasi karena saya tabu seseorang membutuhkan perlindungan);
  2. Kebutuhan akan rasa percaya terhadap, orang lain (saya ter­dorong untuk menugaskan Anda karena percaya Anda mam­pu menjadi pemimpin);
b.      Pengetahuan
Pengetahuan menentukan tingkat kesadaran atau pemahaman seseorang tentang kebutuhan apa yang harus dilakukan dalam rangka komunikasi secara tepat dan efektif, komponen pengetahuan turut menentukan kompotensi komunikasi karena hal ini berkaitan erat dengan tingkat kesadaran terhadap apa yang dibutuhkan untuk berkomunikasi dengan orang lain.
Pada komponen pengetahuan ini setidaknya ada tiga strategi yang dapat digunakan mengumpulkan informasi untuk mengurangi ketidakpastian yakni strategi pasif, strategi aktif dan strategi interaktif.
1)      Strategi pasif yakni memfungsikan diri sendiri sebagai pengamat terhadap seseorang yang akan dilibatkan dalam proses interaksi.
2)      Strategi aktif dilakukan dengan mengumpulkan informasi sebanyak mungkin mengenai seseorang yang menjadi target interaksi serta membandingkan hasil pengamatan dan literatur mengenai budaya orang tersebut.
3)      Strategi interaktif yang dimaksud disini adalah mengadakan hubungan atau interaksi langsung dengan orang yang menjadi target.

c.       Keterampilan
Kemampuan dapat membimbing kita untuk menghadirkan sebuah prilaku tertentu yang cukup dan mampu mendukung proses komunikasi secara tepat dan efektif. Tujuan utama dari keterampilan semata-mata untuk mengurangi tingkat ketidakpastian dan kecemasan. Untuk mengurangi ketidakpastian setidaknya seseorang harus mempunyai keterampilan empati, berprilaku seluwes mungkin dan kemampuan untuk mengurangi situasi ketidakpastian itu sendiri.


D.    Pendekatan-pendekatan Komunikasi Antarbudaya
Ada empat macam pendekatan teoritik terhadap kemampu­an berkomunikasi antarbudaya, yakni :
1.      Pendekatan Perangai
Tatkala berkomunikasi dengan seseorang dari kebudayaan lain, maka anda menampilkan perangai (trait) tertentu, ingatlah bahwa perangai tidak saja dibentuk oleh faktor-faktor internal individu tetapi juga pengaruhi faktor-faktor sosial. Itulah yang disebut Internal Response Trait (IRT) yaitu derajat (tinggi atau rendah) kestabilan disposisi dan konsistensi disposisi individu untuk merespons karakteristik orang lain. Dasar utama dari asumsi IRT adalah perilaku sosial dari individu untuk merespon suatu objek – dalam hal ini orang dari kebudayaan yang lain – disalurkan melalui perangai respon antarpribadi. IRT berawal dari beberapa konsep lain yang berkaitan. Jadi, IRT merupakan saluran, media tempat dimana perilaku sosial dari individu harus diaktualisasikan.
2.      Pendekatan Perseptual
Bagaimana mengembangkan kompetensi dengan mengidentifikasi jenis-jenis persepsi, seperti kognisi (akal), pandangan dan pemahaman bahwa kemampuan berkomunikasi lintas budaya memperhitungkan tekanan psikologi, berkomunikasi secara efektif dan membangun relasi antar pribadi.
3.      Pendekatan Perilaku
Pendekatan terhadap kompetensi komunikasi lintas budaya dapat dilakukan melalui pendekatan perilaku, terutama perilaku sosial (perilaku individu dalam konteks sosial) karena invidu berhubungan dengan seseorang dalam konteks budaya tertentu.
4.      Pendekatan terhadap kebudayaan tertentu.
Jika kita ingin meningkatkan komunikasi dengan orang lain dari kebudayaan lain maka yang dilakukan adalah mempelajari kebudayaan, belajar tentang nilai, norma, kepercayaan, bahasa (verbal dan non verbal) struktur pengetahuan, sistem sosial dan budaya, sistem ekonomi, mata pencaharian, dan adat istiadat.
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa kompetensi lintas budaya adalah kompetensi yang dimiliki oleh manusia baik secara pribadi, berkelompok, organisasi atau dalam etnik dan ras tertentu, dalam meningkatkan keterampilan, pengetahuan yang menyangkut kebutuhan utama dari orang-orang berbeda budaya.
Brian Spitzberg dan William Cupach (1984) menampilkan tiga komponen kompetensi komunikasi, yaitu motivasi, pengetahuan, dan keterampilan. Selain itu, kompetensi komunikasi antarbudaya dapat dikembangkan dengan pendekatan perangai, perseptual, perilaku dan pendekatan terhadap kebudayaan tertentu.
B.     Saran
Sedikit penjelasan mengenai Kompetensi Komunikasi Antarbudaya  di atas semoga dapat bermanfaat bagi pembaca. Namun alangkah baiknya, jika pembaca bisa menggunakan buku rujukan yang terakreditasi sebagai buku pegangan mata kuliah Komunikasi Antarbudaya.


DAFTAR PUSTAKA
Mulyana, Dedi & Jalaluddin Rahmat, Komunikasi Antar Budaya : Panduan Berkomunikasi dengan orang-orang berbeda budaya, (PT. Remaja Rosda Karya : Bandung) 1996.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lirik Mars Universitas Bengkulu (Mars Unib) Ciptaan Ronald Porla

Deskripsi Singkat Desa Penaga, Teluk Bintan, Bintan (KKN Kebangsaan 2016, By : Siti Mutmainah)

Contoh Kasus Teori Presentasi Diri (Teori Dramaturgi Goffman) dalam Kehidupan Sehari-hari