Contoh Kasus Teori Presentasi Diri (Teori Dramaturgi Goffman) dalam Kehidupan Sehari-hari

Komunikasi Antarpribadi: Teori Dramaturgi

Teori Dramaturgi Goffman adalah sandiwara kehidupan yang disajikan oleh manusia yaitu bagaimana seseorang memilih sendiri peran yang dinginkannya. Goffman menyebutnya sebagai bagian depan (front) dan bagian belakang (back). Front mencakup setting, personal front (penampilan diri), expressive equipment (peralatan untuk mengekspresikan diri). Sedangkan bagian back adalah the self, yaitu semua kegiatan yang tersembunyi untuk melengkapi keberhasilan acting atau penampilan diri yang ada pada Front.

A.    Contoh Kasus Teori Presentasi Diri dalam Kehidupan

1.      Salah satu contoh konkritnya ketika kita menghampiri seorang dosen ke meja kerjanya untuk menanyakan suatu hal. Disitu akan terlihat bagaimana kita mempresentasikan diri dalam hal meminta bantuan untuk diberikan jawaban yang ingin kita tanyakan. Ada yang memakai pembuka kalimat meminta maaf karena telah mengganggu sebelumnya atau langsung menanyakan apa yang ingin ditanyakan. Secara tidak langsung kita telah mempresentasikan siapa diri kita sebenarnya. Jika kita mempresentasikan diri dengan baik, maka image diri terhadap kita pun akan berdampak baik, begitu juga sebaliknya.
2.      Seorang presiden, contohnya Pak Jokowi berpenampilan rapi dan berwibawa saat sedang melakukan pidato di depan umum dan saat mengunjungi berbagai tempat-tempat formal. Tujuannya adalah untuk menunjukkan suatu sosok seorang pemimpin kepada orang lain atau masyarakat. Namun saat di rumah, ia berpenampilan dan berperilaku seperti orang lain pada umumnya. Di rumah, ia berperan sebagai seorang ayah bagi anak-anaknya dan seorang suami bagi istrinya.
3.      Seorang pengemis yang seringkali kita temukan di lampu merah jalan raya Padang Harapan dan Tanah Patah yang berpakaian lusuh selalu menampakkan wajah sedihnya ke setiap orang untuk menerima rasa empati berupa materi. Tak peduli kotor, bau, atau berpenampilan kumuh. Mereka melakukan hal seperti itu sebagai aktor panggung depan karena sedang mendefinisikan sesuatu bagi orang lain yang menyaksikan penampilannya. Berbeda dengan panggung belakangnya, para pengemis menjalani kehidupan seperti orang pada umumnya ketika sedang berada dirumahnya.
4.      Contoh lainnya yaitu seorang selebriti Luna Maya. Beberapa waktu yang lalu, ia terlibat dalam kasus hukum dikarenakan melanggar pasal-pasal yang berhubungan dengan tindakan mesum. Masalah tersebut merupakan masalah yang sangat serius baginya, namun ia berusaha untuk memerankan karakternya sebagai seorang selebriti di berbagai acara dengan penampilan yang tidak memperlihatkan bahwa dirinya sedang mengalami masalah besar. Ia tidak ingin menunjukkan kepada audiens bahwa ia sedang mengalami masalah. Tujuannya tampil di berbagai acara tersebut adalah hanya untuk menunjukkan bahwa dirinya adalah seorang selebriti yang memiliki peran tersendiri dalam acara yang ia pentasi.
5.      Contoh selanjutnya adalah para pelawak, seperti Olga Syahputra, Soimah dan lain sebagainya. Di depan panggung dalam televisi dan berbagai acara lainnya, Olga tampak seperti sosok orang yang sangat ceria dan penuh dengan humor. Namun, pada saat diwawancarai di suatu berita selebritis, ia menceritakan betapa prihatinnya hidupnya. Ia mengatakan bahwa ia melakukan ini semua untuk mendapatkan uang, sehingga kebutuhan keluarganya terpenuhi. Untuk mendapatkan uang tersebut, ia harus bisa berperan sesuai dengan karakternya dalam acara tersebut, yaitu seorang pelawak atau entertainer. Ia berusaha menunjukkan pada seluruh audiens yang menonton bahwa dirinya adalah seorang host yang humoris dan bisa membuat para penontonnya terhibur dengan acara yang dipentasinya.
6.      Contoh terakhir yaitu seorang guru atau dosen. Pada saat di kelas, seorang guru dan dosen berperan sebagai pengajar dan pendidik. Mereka memberi berbagai peraturan dan tugas di kelas. Mereka melakukan tugas di kelas sesuai dengan peran mereka sebagai pengajar. Namun di luar perannya tersebut, mereka berperilaku seperti orang lain yang tidak memiliki peran sebagai pengajar.

Analisa Contoh-Contoh Kasus Tersebut

            Enam contoh  kasus di atas berkaitan dengan Teori Dramaturgi, karena setiap peran dalam yang disebutkan sebelumnya, yaitu seorang presiden, pengemis, selebriti, dan guru atau dosen memiliki dua macam karakteristik, yaitu karakterisitik secara front stage dan secara back stage. Pada saat di depan panggung atau di depan umum dan audiens, mereka menunjukkan karakteristik yang berbeda dengan pada saat mereka berada di belakang panggung atau di luar tempat di mana mereka menunjukkan karakteristik front stage tersebut.
            Layaknya seorang aktor dan aktris, jika berada di depan panggung (front stage), mereka harus memiliki kemampuan untuk menjadi orang lain atau sebuah karakter yang berbeda serta selalu berpenampilan terbaik dan ideal. Sedangakan back stage ini merupakan karakter asli dari diri mereka yang tidak bisa mereka sembunyikan, sesuai dengan asumsi yang dikatakan Erving Goffman yaitu di back stage terdapat sejenis “masyarakat rahasia” yang tidak sepenuhnya dapat dilihat di atas permukaan.

B.     Contoh Penelitian yang Menggunakan Teori Presentasi Diri

1.      Nur Azizah. 2012. Mahasiswi UNIKOM, dengan Judul Skripsi : Presentasi diri anggota komunitas hijabers : (Studi dramaturgi tentang presentasi diri anggota komunitas hijabers di Kota Bandung).

Nur Azizah dalam penelitiannya bermaksud untuk mengetahui bagaimana Presentasi Diri Anggota Komunitas Hijabers. Dengan tujuan untuk dapat menjawab panggung depan, panggung belakang, dan presentasi diri anggota komunitas Hijabers di kota Bandung. Nur Azizah dalam penelitiannya menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode dramaturgi.
Hasil dari penelitian yang dilakukan Nur Azizah menunjukkan bahwa adanya Panggung Depan, dan panggung Belakang, yang terjadi pada para anggota komunitas hijabers.

Kesimpulan yang didapat oleh Nur Azizah dari hasil penelitian ini adalah bahwa dalam Presentasi Diri Anggota Komunitas Hijabers mereka memerankan setiap panggung dengan baik. Pada panggung depan mereka hanya menonjolkan status mereka terutama sebagai mahasiswi dan anggota hijabers yang dilakukan meliputi manipulasi simbol-simbol seperti cara berpakaian,berpenampilan make-up (tata rias), aksesoris, isi pesan serta sikap. Pada panggung belakang atau Back Stage mereka memperlihatkan penampilan yang seadanya, mereka dapat mengekspresikan diri sesuai kebutuhan, berbahasa dengan gaya sendiri, dan para aktor tidak membatasi diri.

2.      Aan Mulyadi, 2012, Mahasiswa UNIKOM, dengan Judul Skripsi : Pengelolaan Kesan Pengamen Di Kota Bandung (Studi Dramaturgi Mengenai Pengelolaan Kesan Pengamen Topeng Dalam Menjalani Kehidupannya Di Kota Bandung).

Aan dalam penelitiannya bermaksud untuk mengetahui Bagaimana Pengelolaan Kesan Pengamen Topeng Di Kota Bandung (Studi Dramaturgi Mengenai Pengelolaan Kesan Pengamen Topeng Dalam Menjalani Kehidupannya Di Kota Bandung) . Dengan tujuan untuk mengetahui panggung depan, tengah dan belakang pengamen topeng di Kota Bandung. Aan dalam penelitiannya menggunakan metode kualitatif dengan studi deskriptif.
Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Aan menunjukan bahwa panggung depan (front stage) pengamen topeng semuanya mencoba untuk memaikan perannya dengan baik, peran yang dihasilkan dari wujud peniruan individu terhadap aktifitas individu lain yang dipersepsikan sebagai tokoh penghibur. Pada panggung tengah (middle stage) pengamen topeng dan juga merupakan area yang dipakai dimana pengamen topeng melakukan brief mental yang kuat saat berada dipanggung depan. Pada panggung belakang (back stage),
pengamen topeng benar-benar memainkan sebuah peran yang utuh, mereka tidak seperti pada saat berada di panggung depan (front stage) yang menutupi keadaan mereka.
Kesimpulan dan saran dari penelitian tersebut adalah bagi pengamen topeng untuk memberikan suguhan pertunjukan seni yang lebih dapat diterima oleh masyarakat sehingga pekerjaan sebagai pengamen topeng ini bisa memiliki nilai sebagai salah satu bentuk hiburan. Bagi masyarakat untuk tidak selalu memandang sebelah mata pada pengamen topeng, karena memiliki harapan agar ada yang bisa memberikan perhatian lebih terhadap mereka.

3.      Mariska Evalina, 2012, Mahasiswi UNIKOM, dengan Judul Skripsi : Presentasi Diri Pramuria Di Kalangan Mahasiswi Di Kota Bandung (Studi Dramaturgi Mengenai Presentasi Diri Pramuria Di Kalangan Mahasiswi Di Kota Bandung).

Mariska dalam penelitiannya bermaksud untuk mengetahui bagaimana Presentasi Diri Seorang Pramuria dikalangan Mahasiswi di Kota Bandung. Dengan tujuan untuk mengetahui panggung depan dan panggung belakang serta presentasi diri pramuria di kalangan mahasiswi di Kota Bandung. Mariska dalam penelitiannya menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan dramaturgi.
Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Mariska, penelitian menunjukan bahwa panggung depan seorang Pramuria mereka hampir semuanya dapat memainkannya dengan baik, mulai dari presentasi diri mereka dari cara berpakaian mereka yang menyerupai mahasiswi pada umumnya namun tetap memakai barang branded, lalu cara mereka bersosialisasi dengan temannya yang sedikit tertutup, dan mereka juga menggunakan bahasa yang sopan, berbeda dengan panggung belakang, dan dimana dipanggung belakang ini mereka mengekspresikan diri mereka sesungguhnya, dari mulai cara berpakaian yang minim, berpakaian branded, dan lebih terbuka pada saat mereka berada dilingkungan seprofesi.
Kesimpulan dari penelitian yang dilakukan oleh Mariska adalah bahwa Presentasi diri seorang Pramuria tidak dapat dilihat secara umum, karena mereka pintar menyembunyikan diri mereka sebenarnya, mereka bermain rapih, pandai menyembunyikan jati diri mereka agar tidak dipandang rendah oleh orang lain.

SUMBER REFERENSI :
Liliweri, Alo. 1993. Perspektif Teoritis, KOMUNIKASI ANTARPRIBADI (Suatu Pendekatan Ke Arah Psikologi Sosial Komunikasi). Bandung : PT Citra Aditya Bakti.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lirik Mars Universitas Bengkulu (Mars Unib) Ciptaan Ronald Porla

Deskripsi Singkat Desa Penaga, Teluk Bintan, Bintan (KKN Kebangsaan 2016, By : Siti Mutmainah)