Fenomena Mahasiswa dalam Organisasi Mahasiswa (ORMAWA) Kampus, Aplikasi dari Teori Transisional



Aplikasi dari Teori Transisional

a.       Teori Humanis Mayo
Teori Humanis Mayo adalah Teori hubungan manusia yang menekankan pada pentingnya individu dan hubungan sosial dalam kehidupan organisasi.
Aplikasi teori ini dalam Ormawa Kampus yaitu seperti :
·         Adanya event/kegiatan organisasi kampus yang dilaksanakan dalam organisasi guna mengeratkan hubungan sesama anggota. Contohnya acara ceremonyal, senam bersama, fun cooking, fun tournament, tour, buka bersama, dan pemberian pengahargaan kepada anggota organisasi yang aktif dan terbaik.
·         Dengan adanya latar belakang yang sama seperti hobi, pengalaman, dan suku yang sama, maka secara tidak langsung sesama anggota dalam organisasi kampus akan menempatkan dirinya dengan orang-orang yang mempunyai kesamaan untuk saling mengeratkan diri dalam organisasi.
·         Adanya sikap saling perhatian antar-anggota, seperti kunjungan ke anggota organisasi, ketika tengah ada suka ataupun duka cita.
·         Adanya rutinitas berkumpulnya anggota organisasi meskipun sedang tidak ada kegiatan yang mau dibicarakan. Hal ini guna mempererat silaturahmi antar anggota organisasi tersebut.
·         Pimpinan organisasi yang mampu terbuka dan merakyat kepada semua anggota tanpa memilih-milih karena unsur tertentu.

b.       Teori Fusi Bake dan Argyris
Bake berkata, bahwa organisasi hingga suatu tahap tertentu mempengaruhi individu, sementara pada saat yang sama individu pun mempengaruhi organisasi. Argyris menyempurnakannya dengan menjelaskan penyesuaian  perilaku orang dalam organisasi yang formal yang tidak mudah hingga membuat seseorang apatis dan acuh dengan organisasi tersebut.
Aplikasi teori ini dalam Ormawa Kampus yaitu seperti :
·         Dalam suatu Ormawa ( contohnya: Badan Eksekutif Mahasiswa  UNIB) diadakan pergantian Menteri Kominfo baru untuk menggantikan menteri lama yang telah wisuda. Dalam hal ini si Ali yakin dirinya akan dipilih karena ia selama ini aktif menjadi anggota di BEM tersebut. Namun pada kenyataannya ternyata Presiden Mahasiswa tidak memilihnya dengan alasan si Ali masih terlalu muda dan kurang pengalaman. Ali pun kecewa dengan keputusan tersebut. Hal yang mungkin terjadi yaitu pertama, Ali akan frustasi dan memilih untuk mencari organisasi lain yang tidak memandang umur dan pengalaman melainkan etos dan kinerja seseorang, prediksi yang kedua yaitu Ali akan tetap bertahan di Organisasi BEM tersebut namun dia akan bersikap acuh dan apatis karena merasa tidak ada gunanya menjadi anggota yang aktif.
·         Teori ini menjawab pertanyaan mengapa seseorang itu tidak berminat untuk berorganisasi dan mengapa orang itu tidak nyaman berada dalam organisasi yang diikuti. Kasus ini biasanya dirasakan oleh anggota Ormawa yang merasa dirinya tidak sesuai dengan tujuan yang diterapkan oleh organisasi, tidak sesuai dengan orang-orang yang ada jabatan di organisasi, dan merasa dirinya sangat sulit beradaptasi dengan organisasi tersebut.

c.        Teori Peniti Penyambung
Menggambarkan struktur organisasi. Konsep peniti penyambung berkaitan dengan kelompok-kelompok yang tumpang tindih. Setiap penyelia merupakan anggota dari dua kelompok yaitu sebagai pemimpin unit yang lebih rendah dan anggota unit yang lebih tinggi.
Aplikasi Teori Peniti Penyambung, yaitu :
·         Dapat dicontohkan misalnya di dalam organisasi Himikom, si Arif berkedudukan di posisi koordinator Badan Jurnalistik, selain dibawah pertanggungajawaban ketua Himikom dia juga berperan ganda membawahi sub-divisi lain seperti koordinator sub-divisi Bahana Suara Komunikasi. Artinya, Arif berkedudukan sebagai anggota di Himikom, dan sebagai Pimpinan di Bahana Suara Komunikasi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lirik Mars Universitas Bengkulu (Mars Unib) Ciptaan Ronald Porla

Deskripsi Singkat Desa Penaga, Teluk Bintan, Bintan (KKN Kebangsaan 2016, By : Siti Mutmainah)