Menyusuri Lobang Jepang di Sumatera Barat (Liburanku)



Feature sejarah
Menyusuri Lobang Jepang

 
                                                                                               
Foto saat di depan lorong masuk Lobang Jepang

Sekitar akhir bulan Desember tahun 2012 tepatnya liburaan sekolah, saya beserta rombongan Paskibraka dan Disporabudpar Kabupaten Seluma mengadakan perjalanan berwisata ke Bukittinggi, Sumatera Barat. Perjalanan wisata ini merupakan bentuk kado dari Pemerintah Daerah Kabupaten Seluma karena saya beserta teman-teman Paskibraka telah sukses dalam pelaksanaan pengibaran dan penurunan bendera 17 Agustus 2012.
Salah satu tempat wisata yang kami kunjungi yaitu Lubang Jepang atau kadang disebut dengan Lobang Jepang yang merupakan salah satu destinasi wisata utama di Bukittinggi. Wisata ini terletak di kawasan Taman Panorama Bukittinggi yang tak jauh dari pusat Kota Bukittinggi. Sebelum menemukan wisata Lobang Jepang kami disambut dulu dengan pesona alam Taman Panorama yang mana disekeliling Taman Panorama tersebut banyak sekali binatang kera yang bergelantungan menghiasi. Dan setelah kami puas mengabadikan gambar dan melihat pesona Taman Panaroma tersebut, kami pun segera mendekati wisata Lobang Jepang dengan membayar tiket masuk senilai Rp6.000. Lalu kami serombongan memutuskan untuk memakai jasa pemandu untuk menemani masuk ke Lobang Jepang supaya tidak tersesat. Namun karena kami memilih memakai jasa pemandu, maka kami harus menyisakan uang kami untuk diberikan kepada pemandu seikhlas mungkin ketika kami akan keluar dari lorong Lobang Jepang nantinya. Sesuai urutan, rombongan kami dibagi menjadi dua kelompok dengan masing-masing mendapatkan satu pemandu. Dan kebetulan rombongan kelompok kami mendapatkan jatah pemandu yang kira-kira masih berumur 30 tahun, sedangkan untuk rombongan kelompok kedua mendapatkan  jatah pemandu yng berumur sekitar 50 tahun.
Menurut mas yang menjadi pemandu kami, Lobang Jepang itu merupakan objek wisata yang juga merupakan bukti sejarah penjajahan Jepang di Indonesia. Sebuah terowongan bawah tanah yang dibangun untuk kepentingan militer Jepang. Konon tempat itu dijadikan basis pertahanan Jepang pada saat perang dunia kedua. Jadi, Lubang Jepang didirikan sekitar pada periode 1942-1945. Pekerjanya adalah para tahanan pribumi, yang menurut cerita berasal dari luar Sumatra, seperti Jawa dan Sulawesi. Pemilihan tenaga kerja ini bukan tanpa alasan. Jepang sengaja mengambil tenaga dari jauh supaya proyek ini terjaga kerahasiannya. Seiring waktu, bunker pertahanan itu berkembang jadi tempat pengintaian dan juga pembantaian tahanan.
Sembari berjalan , pemandu membawa kami menyusuri lorong Lobang Jepang. Anak tangga yang harus kami turuni lebih dari 100 buah anak tangga atau kalau tidak salah yaitu sekitar 132 anak tangga. Dengan melewati anak tangga tersebut, maka membawa rombongan kami sampai di kedalaman 40 meter dengan panjang sekitar 1,47 km. Begitu sampai dikedalaman 40 meter, suasana pun menjadi beku dan terasa sangat dingin. Hingga membuat saya terpaksa harus memakai jaket yang lebih tebal.
Jika diperhatikan, terlihat atap lorong Lobang Jepang sebagian sudah dipoles dengan semen. Namun sebagian juga masih dipertahankan keasliannya.
Semakin menuruti langkah pemandu dalam menyusuri setiap lorong, kami pun dihidangkaan dengan lorong-lorong kecil yang membuat kami semakin penasaran dan berdesak-desakan untuk melihatnya. Sekitar terdapat 21 lorong-lorong kecil yang memiliki berbagai macam fungsi. Ada lorong penyimpanan amunisi, ruang makan romusa, ruang sidang, ruang penyiksaan, ruang rapat, dapur, penjara, tempat pengintaian, dan lain-lain. Dan setiap kami melewati lorong-lorong tersebut pemandu pun tidak lupa menjelaskan tentang kegunaan masing-masing lorong tersebut. Masing-masing tempat pun telah diberi papan nama penjelasannya.
Lobang Jepang memang terasa menyeramkan jika kita memakai jasa pemandu. Karena banyak sekali lorong-lorong yang menembus kemana saja sehingga terkadang bisa membuat kita tersasar. Apalagi penerangan yang terasa masih kurang, meskipun suasana sudah diberi penerangan sedikit lampu -lampu neon yang dipasang di berbagai sudut.
Terakhir, lorong yang kami temui adalah lorong ruang dapur. Pemandu kami menceritakan bahwa, dapur tersebut dulunya adalah tempat untuk pembantaian. Setelah dibantai korban akan dibuang melalui sebuah lubang kecil di pojok ruangan. Menurut mas pemandu, lubang itu berujung ke Ngarai Sianok sehingga jasad korban akan sulit ditemukan. Menyedihkan!
Dan tidak terasa waktu telah menunjukkan saatnya kami harus keluar dari lorong Lobang Jepang tersebut dan hampir semua lorong telah kami jelajahi.Untuk teman-teman yang penasaran denganLobang Jepang. Ayo kunjungi Bukit Tinggi...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lirik Mars Universitas Bengkulu (Mars Unib) Ciptaan Ronald Porla

Deskripsi Singkat Desa Penaga, Teluk Bintan, Bintan (KKN Kebangsaan 2016, By : Siti Mutmainah)

Fenomena Mahasiswa dalam Organisasi Mahasiswa (ORMAWA) Kampus, Aplikasi dari Teori Transisional