Contoh feature peristiwa menarik "pengalaman pribadiku", dasar-dasar jurnalistik



Feature Peristiwa Menarik

Ketika Saya Punya Mimpi

Bercerita tentang peristiwa menarik adalah hal tersulit untuk saya ungkapkan. Penyebabnya adalah karena saya merasa malu jika apa yang akan saya ceritakan itu ternyata bukan dikategorikan sebagai peristiwa menarik, namun itu hanya peristiwa yang biasa-biasa saja. Haha... Tapi apapun itu, saya berharap apapun yang akan saya ceritakan dan bagikan tentang diri saya di feature ini merupakan peristiwa menarik yang pernah saya alami sejauh ini.

Kita mulai yaa.... 
------------------------
Tahun 2009, ketika saya masih mengenyam bangku SMP kelas IX tepatnya pada akhir semester pertama. Saat itu saya sedang disibukkan dengan kegiatan ujian akhir sekolah. Saya benar-benar belajar dengan sungguh-sungguh semampu saya ketika itu. Sebelumnya setiap mata pelajaran yang bapak dan ibu guru berikan di kelas, saya selalu mencoba untuk memahami dan mengulangnya di rumah. Ketika ujian pun tiba, saya hanya berharap apa yang saya lakukan selama ini akan membantu saya dan akan membuahkan hasil yang memuaskan. Namun, saya hanya bisa pasrah akan apapun hasil yang akan saya dapatkan nanti. Karena saya yakin Allah mengetahui apa yang terbaik buat saya.
Saatnya pembagian raport tiba. Saya selalu deg deg an, merinding dan gemeteran. Itulah hal yang hingga saat ini masih saya rasakan jika saya dihadapkan pada suatu keadaan yang membutuhkan jawaban hasil ya atau tidak.
Ketika wali kelas sudah tiba berada dalam kelas, beliau terlebih dahulu memberikan sedikit wejangan sebelum akhirnya beliau membacakan hasil raport saat itu. Ketika itu beliau mengatakan bahwa, hasil raport untuk peringkat 3 besar yaitu adanya selisih nilai yang tipis dan ada juga  yang turun peringkatnya. Waduh, hal itu pun seperti membuat saya merasakan firasat buruk yang menyergap. Hingga membuat badan saya semakin bergemeteran dan serasa ingin menutup telinga tidak kuat untuk mendengarkan hasilnya nanti.
Detik bertambah detik hingga menjadi hitungan menit. Kini beliaupun mulai membacakan hasilnya. Dimulai dari mengumumkan peringkat 2, beliau mengatakan bahwa peringkat 1 dan peringkat 2 itu nilainya beda-beda tipis. Huh, padahal selama ini, saya dari kelas VII selalu mendapatkan peringkat 1. Hati saya pun semakin bertanya-tanya, apalah yang akan terjadi hari ini?.Uh, semakin menciut rasa percaya diri saya. Lalu dengan suara lantangnya, beliau pun detik itu juga akhirnya mengumumkan hasil raport 3 besar. Dan tenyata eh ternyata, hasilnya berkata bahwa ternyata saya mendapatkan peringkat 2. Oh My God, itu artinya adalah bahwa saya telah kehilangan satu hal yang selalu dibanggakan oleh orang tua saya dan hal itu sangat menyedihkan sekali bagi saya. Bahkan saya sudah tak tahu harus berkata apa lagi. Hanya bisa terdiam lemas merenungi. Namun, dengan lapang dada itu pun harus bisa saya terima dengan ikhlas.
Sesampai dirumah, saya hanya mampu memandangi hasil raport saya dengan rasa pilu. Saya hanya mampu mengadu kepada Allah tentang apa yang saya rasakan. Jujur, saya tidak bisa menerima hasil raport tersebut . Yang bisa saya lakukan saat itu hanya berdoa dan berdoa kepada Allah setiap usai sholat. Dengan hati meronta-ronta, saya terus protes kepada Allah. Saya sangat berharap hasil yang diumumkan itu adalah sebuah kesalahan. Mestinya hasilnya harus tetap saya yang juara dan Allah harus mengabulkan doa saya apapun yang terjadi. Ya, mungkin itu terlihat aneh dan sangat konyol. Namun rasanya hanya itu yang bisa saya lakukan untuk bisa menenangkan kepiluan saya. Berharap akan ada keajaiban meskipun itu mustahil,lucu dan hal gila. Huh...
Namun dengan beriringnya hari, saya pun mulai bisa menerima kenyataan tersebut. Dan saya semakin bisa melupakan tentang ambisi saya untuk tetap meminta Allah memberikan keajaiban positif untuk saya. Eitss... Bukan berarti melupakan begitu saja. Akan tetapi, dari hal itu saya mempunyai semangat jitu dan tekad baru untuk berusaha membuktikan kepada semua orang jikalau saya ini bisa bangkit, bisa lebih baik, dan yang pastinya bisa dibanggakan lagi oleh orang tua saya. Dan saat itu, satu-satunya tekad yang ingin saya capai yaitu saya ingin mendapatkan nilai NEM tertinggi tingkat SMP se-Kabupaten Seluma ketika saya ujian nasional bulan April mendatang.
“Ya, mungkin itu juga mustahil,” ujar kata hati saya kecut di dalam hati. Hmmm...  Namun saya ingin tetap mengejar mimpi saya tersebut meski akhirnya nanti harus gagal lagi. Dan kali ini saya akan mencari solusi obat jitu untuk menghindari kesakitan hati yang mungkin akan merongrong ketika saya gagal nanti.
Ehmm... Mungkin dengan Jungkir balik, kaki dikepala kepala dikaki, bertapa, bersemedi, tiduran, berdiam diri, sambil berpikir, ahaa... kabar gembira, saya sudah menemukan obat jitu tersebut. Obat ini bukan obat sembarang obat. Obat ini bukan obat yang berasal dari rujukan bidan, dokter, tukang jamu, mbah dukun ataupun obat yang dibeli di warung. Tapi, obat ini adalah obat buatan saya sendiri. Eitss... yang pastinya bukan ramuan obat hama, bukan pula obat nyamuk. Haha... Tapi obat ini adalah obat yang berasal dari stimulasi diri saya sendiri. Waw,,,Bahwa mulai dari sekarang saya akan menanamkan dalam diri saya, jika saya gagal maka saya tidak akan banyak protes lagi kepada Allah. Tetapi saya akan bisa menerima itu dengan hati lapang dan berpikir positif bahwa Allah selalu memberika saya jalan yang terbaik.
Setelah habis masa liburan semester, kini pun saya memasuki semester kedua dengan penuh rasa yakin.
Hari pertama memasuki semester kedua, seluruh siswa/siswi SMPN 17 Seluma mengadakan kerja bakti membersihkan lingkungan sekolah. Saat itu banyak sekali beredar kabar bahwa yang mendapatkan juara kelas, yang menggantikan posisi saya berkata kepada teman-temannya, “Masa siti kalah sih sama aku....”.
Huh... sebenarnya pengen nangis rasanya mendengarkan ucapan itu. Namun saya hanya bisa diam agak menggerutu, berdoa  dan mulai lagi protes pada Allah. Dan tiba-tiba dari arah belakang, saya mendengarkan ada seseorang yang memanggil saya. Ternyata si Juli yang memanggil saya dan menyampaikan pesan bahwa saya diharapkan untuk mengahadap ke wali kelas saya sekarang. Tanpa berpikir panjang, saya pun segera menghampiri wali kelas saya yang sedang duduk di depan ruang tata usaha..
“Ada apa pak?,” ujar saya.
“Bapak mau meminta maaf Nak. Ternyata hasil raport kemaren itu salah. Karena setelah bapak hitung lagi ternyata nilai kamu yang paling tinggi. Dan ternyata yang mendapat juara satu kemaren itu nilanya paling kecil. Artinya dia sebenarnya yang dapat juara 3.”
Waw... tersontak saya gembira. Ini adalah kabar yang sangat membuat saya kaget dan bahagia. Sudah gak tahu mau bilang apalagi. Saya benar-benar seperti merasakan suatu keajaiban. Doa-doa saya ternyata dijabah oleh Allah. Saya pun yang tadinya sudah mau protes lagi dengan Allah, kini saya berbalik mengucapkan kata syukur pada Allah. Alhamdulillah Ya Rabb...
Setelah kejadian itu, saya pun merasa banyak sekali keberuntungan yang menghampiri saya. Seperti yang pertama, ketika saya sudah memasuki masa belajar tambahan atau les. Saya mendapatkan potongan biaya les sebesar Rp50.000 dari guru bahasa inggris saya, karena saya bisa menjawab kuis dari beliau. Yang kedua, tiga kali melakukan uji coba ujian nasional saya selalu mendaptkan urutan pertama dengan keterangan lulus di sekolah saya. Saya juga pernah mendapatkan 10 besar uji coba ujian nasional se-Provinsi Bengkulu. Dan yang paling mengejutkan setelah saya melakukan ujian nasional adalah saya dinyatakan lulus dan mendaptkan NEM tertinggi di sekolah saya. Dan yang paling terakhir yang tak boleh ketinggalan untuk saya ceritakan adalah ketika teman saya menjemput saya di rumah karena katanya saya dipanggil oleh wakil kepala sekolah. Apakah ada yang bisa menebak mengapa wakil kepala sekolah memanggil saya?. Hmm ... Tadinya saya berharap saya dipanggil oleh wakil kepala sekolah itu karena kabar baik. Namun ternyata setelah saya menemui wakil kepala sekolah, beliau hanya mengatakan kepada saya bahwa saya diberi amanah untuk mewakili SMPN 17 Seluma menghadiri upacara pada hari ulang tahun Kabupaten Seluma pada Minggu, 23 Mei 2010 di Kantor Bupati. “Oh... ternyata hanya itu saja,” ujar saya dalam hati sambil mengangguk-angguk tanda mengerti. Namunketika beliau melihat saya hanya mengangguk-angguk saja, beliau pun melanjutkan perbicangannya lagi. Danmemberitahu saya bahwa saya disuruh upacara tersebut dikarenakan saya harus berjabat tangan dengan Bupati karena saya telah mendapatkan NEM tertinggi tingkat SMP se-Kabupaten Seluma Tahun 2010. Waw... riang bukan kepalang riang lagi, senang bukan kepalang senang lagi. Rasanya ingin melonjak-lonjak. Inilah doa yang pernah saya lantunkan saat dulu itu. Dan kali ini Allah telah menjabahnya lagi. Subhanallah.
Inilah, peristiwa yang bagi saya sangat menarik untuk saya ceritakan. Mungkin, ini tak seberapa menarik untuk orang mau membacanya. Atau mungkin dalam penulisannya ada beberapa banyak penyusunan kalimat yang rancu. Namun bagi saya, inilah peristiwa/keajaiban nyata yang pernah Allah berikan. Semoga apa yang saya tulis ini, bisa memberikan pelajaran baru dan bermanfaat buat saya  maupun siapa saja yang membaca ini untuk selalu semangat, berprasangka baik dan yakin dengan Kuasa kepada Allah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lirik Mars Universitas Bengkulu (Mars Unib) Ciptaan Ronald Porla

Deskripsi Singkat Desa Penaga, Teluk Bintan, Bintan (KKN Kebangsaan 2016, By : Siti Mutmainah)

Fenomena Mahasiswa dalam Organisasi Mahasiswa (ORMAWA) Kampus, Aplikasi dari Teori Transisional